Inovasi dalam sudut pandang Jepang dinilai sebagai hasil kerja tim (Seng, 2007). Tidak ada pendapat individual dalam kelompok. Sehingga tak heran jika di perusahaan-perusahaan besar PMA Jepang di negara Indonesia (misalnya Toyota Astra Motor), kerjasama tim sangat ditekankan di masing-masing divisi untuk menghasilkan sebuah inovasi produk (goningumi). Folosofi bisnis Jepang mengatakan bahwa rasa memiliki organisasi sangat tinggi. Hal ini sesuai budaya asli orang Jepang, menjunjung tinggi harga diri (semangat bushido dan samurai). Dalam hal kedisiplinan, Jepang sangat ketat. Mereka rajin bekerja dan giat. Dalam hal lini manajemen, hampir bisa dikatakan tidak ada batas ruang antara atasan dan bawahan. Budaya kerja Jepang sangat menghargai waktu. Pencatatan waktu kerja sangat diperlukan. Budaya senam pagi sebelum kerja juga merupakan hal yang sangat umum dilakukan di perusahaan-perusahaan Jepang. Setelah keruntuhan Jepang dengan adanya bom di nagasaki dan hiroshima, Jepang berusaha meniru dan mempelajari produk lain dari luar untuk kemudian dikembangkan sendiri menjadi sebuah karya yang inovatif. Ada juga paradigma Jepang yang menyatakan bahwa setiap laki-laki Jepang wajib bekerja. Lain halnya dengan wanita. Jika seorang wanita telah melahirkan, maka kewajiban yang utama adalah mengurus rumah tangga. Jika seorang laki-laki pulang kerja lebih awal, justru akan dipertanyakan oleh tetangga sekitar. Bisa dikatakan merupakan sebuah aib. Tidak menyia-nyiakan waktu adalah sesuatu yang lumrah di sana. Misalnya dengan membaca buku ketika dalam perjalanan naik kreta. Sampai tahun 2007, Jepang adalah negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia. Hutang adalah sebuah pantangan di negara tersebut. Hidangan wajib warga Jepang adalah teh hijau.
Sebagai contoh di Toyota. Ada dua kunci utama kesuksesan perusahaam raksasa itu. Dalam buku ”Toyota Way” (Liker, 2206), diungkapkan bahwa kunci tersebut adalah (1) continuous improvement; (2) respect to the other people. Perubahan yang berkelanjutan dan dilakukan dengan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit), begitulah yang diterapkan di sana. Kunci kedua adalah menghargai pendapat setiap orang di perusahaan, tak peduli apa posisi dan jabatanya. Karena bisa jadi hal itu yang akan menjadi salah satu kunci sukses perusahaan, misalnya dalam hal inovasi proses bisnis.
Cina lebih fleksibel dan terbuka daripada Jepang dalam hal berbisnis. Sehingga koneksi dan jaringan Cina lebih luas daripada Jepang. Kepercayaan sangat dijunjung tinggi di Cina. Merantau adalah hal yang utama dan wajar dilakukan untuk merubah nasib menjadi lebih baik. Maka, dapat dilihat di berbagai penjuru dunia, warga Cina tersebar luas di mana-mana. Dan sangat ulet dalam hal bekerja, seperti halnya Jepang. Budaya Cina, tak malu-malu untuk melakukan pekerjaan apapun, yang penting menguntungkan. Walaupun pekerjaan itu kasar, misalnya harus mengurus toko material sampai angkat-angkat material.
Lain halnya dengan budaya Barat (Amerika Serikat). Inovasi adalah sebuah karya individu. Sikap kapitalisme sangat berkembang. Sebagai misal, ketika seorang pekerja dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar di perusahaan lain, walaupun lebih mapan dan lebih lama bekerja di perusahaan asal, maka tentu saja yang diutamakan adalah materi, mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dengan cara apapun. Ibaratnya seekor tikus. Maka akan mencari bongkahan keju yang lebih besar. Berlomba-lomba untuk memperkenyang diri sendiri dahulu. Prinsip kepemimpinan ditekankan di paradigma barat atau Amerika. Budaya feodal (perbedaan harkat dan martabat antara petinggi dan bawahan) sudah menjadi barang yang wajar.
Dalam bukunya “The Starbucks Experience”, Joseph A. Michelli (seorang konsultan dan peneliti di bidang manajemen) mencoba mengungkapkan rahasia suksesnya kedai kopi Starbucks. Ada lima hal yang menjadikan perusahaan Amerika itu meraup sukses, bahkan sampai di Indonesia. Prinsip pertama yakni “Lakukan dengan cara anda”. Prinsip kedua yakni “Semuanya penting”. Prinsip ketiga “ Kejutan dan kenikmatan”. Prinsip yang keempat adalah “terbuka terhadap kritik”. Sedangkan yang terakhir adalah “Leave your mark”. Terlihat bahwa paradigma bisnis Amerika sangat menghargai pelanggan dan mencoba memanjakan serta memenuhi semua keinginan pelanggan. Howard Schultz adalah orang di belangan suksesnya Starbucks.
Contoh lain adalah di pabrik lampu GE (General Electric). Pabrik yang bercikal bakal dari Thomas Alpha Edison. Diungkapkan Rothschild (2008), bahwa kunci sukses GE menerapkan LATIN (Leadership, Adaptability, Talent, Influence and Network). Ada empat tahap kemajuan suksesnya GE sampai saat ini.
Dari artikel diatas dapat di simpulkan bahwa budaya bisnis suatu negara berbeda satu dengan yang lainnya. Budaya bisnis yang mereka terapkan merupakan suatu upaya untuk mencapai apa yang akan mereka inginkan. Budaya bisnis mereka merupakan gambaran seperti apakah mereka jika melakukan sesuatu. Bisa juga dikatakan budaya bisnis merupakan pedoman agar mereka bisa terus konsisten dalam menjalankan bisnisnya.
Di dunia internasional, tahu dan mengidentifikasi perbedaan budaya dapat membuat perbedaan besar antara negosiasi bisnis yang sukses dan penolakan memalukan. Komunikasi bisnis internasional memainkan peran utama dalam hal ini, dengan mengetahui cara untuk berkomunikasi melalui sudut pandang mereka adalah keuntungan besar.
Setiap negara memiliki cara mereka sendiri mengatakan hal-hal, yang mungkin tidak menyinggung untuk Anda mungkin menyinggung kepada mereka. komunikasi bisnis internasional adalah tentang mengetahui hal penting yang terletak di belakang kata-kata orang di arena internasional.
Komunikasi bisnis International adalah komunikasi antar budaya. Selalu menempatkan bahwa praktek-praktek budaya atau kebiasaan tidak berarti bahwa semua orang di seluruh dunia sama. Seperti kata mereka,Ketika di Roma, lakukan seperti orang Roma.
Kegagalan untuk mengidentifikasi dan beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan melalui komunikasi bisnis yang efektif internasional dapat berarti perbedaan antara kesepakatan tertutup dan kegagalan tak berwajah. Dengan asumsi budaya mempengaruhi cara orang berkomunikasi satu sama lain dan bahasa di atas segalanya, adalah inti dari kebudayaan.
Budaya adalah cara berbeda di mana orang-orang berperilaku, bertindak, atau berpikir terhadap diri sendiri, keluarga, dan orang lain dalam masyarakat. Ini termasuk kebiasaan yang berkaitan dengan sosial, politik keluarga,, dan nilai-nilai agama. budaya yang berbeda memiliki nilai menyimpang untuk waktu dan penggunaannya, untuk ruang pribadi, dan nilai-nilai keluarga dan obrolan. Perbedaan-perbedaan ini harus diidentifikasi dan diakui untuk menjembatani kesenjangan antara budaya dan komunikasi yang nyata untuk mengambil tempat.
Beberapa pedoman internasional komunikasi bisnis yang efektif yang dapat membantu kita berhubungan adalah:
1..Mendengarkan dengan pikiran terbuka
Berkomunikasi lintas budaya adalah semua tentang mengesampingkanperasaan pribadi dan mendalam untuk mendengarkan orang berbicara.Mengembangkan kemampuan Anda mendengar dan belajar cara memeganglidah Anda. Mengetahui budaya sendiri dan budaya orang lain juga akanmemberikan kesempatan yang lebih baik untuk menjembatani perbedaan.Menjaga pikiran yang terbuka, dan sensitivitas terhadap perbedaan-perbedaanini merupakan faktor kunci untuk komunikasi yang lebih baik.
2. Non-verbal dan verbal perilaku
Setiap bahasa memiliki preferensi mereka sendiri linguistik, dan preferensiini akan memberikan petunjuk tentang orang-orang tertentu budaya perilaku,sikap, dan berpikir. The kesederhanaan penggunaan bahasa Inggris danmeremehkan, dan kadang-kadang sengaja tidak jelas untuk menghindarikonfrontasi dan sangat sopan. Kelancaran berbicara, ekspresi, dan bunga-bunga kata-kata yang paling umum di antara Italia dan Spanyol, Jerman disisi lainnya dengan cara yang sangat logis. Mengetahui apa yang dimaksudorang ketika mereka mengatakan ya sangat penting, hal ini dapat berarti ya,saya mengerti tapi tidak ya, saya setuju.
3. Gerak-gerik
Gerakan melibatkan sensitivitas dan kesadaran, sebagai isyarat yang tidak menyinggung untuk Anda mungkin sangat menyinggung yang lain, sepertidalam kasus memanggil seseorang untuk datang, beberapa akan mengulurkantangan mereka dengan telapak tangan dan kemudian memindahkan jari yangmenunjuk orang untuk datang. Dalam budaya Asia Namun, sikap inidianggap tidak sopan. Untuk seseorang isyarat untuk datang dalam budaya Asia harus dilakukan dengan telapak menghadap ke bawah dan kemudianmemutar jari. Belajar komunikasi bisnis yang efektif internasional berkomunikasi lintasbudaya, dan dibutuhkan kepekaan yang besar dan kesadaran denganmempelajari budaya dan menjadi lebih tanggap dan beradaptasi dalam upaya komunikasi.
Ijin sedot buat Tugas
BalasHapus